Kemunculan buaya beberapa hari terakhir mengehohkan warga di Kabupaten Padang Pariaman. Dilaporkan sebelumnya, seekor buaya terlihat di bawah jembatan Duku, Jalan Duku Jorong Kasang, Padang Pariaman, Sabtu (27/03/2021) pukul 10.00 WIB. Selama 5 10 menit kemunculan buaya tersebut jadi tontonan masyarakat sekitar dan pengguna jalan.
Seorang warga yang tinggal di tepi sungai, Edwin (34) mengatakan buaya tersebut baru muncul lagi setelah satu bulan sempat tidak terlihat. Ia melanjutkan kemunculan buaya tersebut sudah sering terjadi, bahkan bulan lalu dalam satu minggu penuh dua buaya muncul untuk berjemur di tempat yang sama. "Namun, sampai sekarang alhamdulillah buaya tersebut belum memakan korban jiwa," terangnya.
Sungai ini menurut Edwin memang jarang digunakan oleh warga setempat. Kepala Resor BKSDA Padang Pariaman, Andrick mengatakan, pihaknya memang masih menerima laporan adanya kemunculan buaya. Namun, ia menyebutkan kalau buaya tersebut muncul di lokasi atau kawasan habitatnya.
"Kemarin ini muncul di dekat kawasan bandara BIM (Bandara Internasional Minangkabau) seperti kemunculan sebelumnya. Buaya tersebut muncul di kawasan habitatnya," ujar Andrick, Sabtu (10/4/2021). Pihaknya mendatangi lokasi guna mengecek kemudian buaya itu sempat menghilang menyusul adanya laporan dari masyarakat yang melihat di lokasi tersebut. Sejauh ini imbuhnya setelah beberapa kali kemunculan buaya, dan pihaknya belum ada memasang papan pengumuman lokasi habitat buaya.
"Kami masih mengusulkan kepada kantor, jika disetujui akan dilakukan pemasangan papan pemberitahuan," sebutnya. Kata dia, lokasi titik buaya banyak terdapat di Kabupaten Padang Pariaman. Namun, pihaknya belumlah mengetahui penyebab yang membuat buaya tersebut sering menampakkan diri.
Andrick menyebutkan, untuk mengetahui itu perlu kajian yang lebih lanjut apakah ada faktor yang membuat kemunculannya menjadi sering. "Terkait kemunculannya harus ada kajian, apa penyebabnya. Karena dugaannya banyak, bisa jadi populasi ikan, perubahan struktur alam, faktor alam lainnya, dan faktor dari manusia," ujarnya. Faktor manusia yang dimaksudkan seperti adanya pembangunan pemukiman warga yang sudah berada di sekitar habitat satwa dan usaha tambak.
"Jadi, kemunculan buaya ini di habitatnya dan diharapkan masyarakat untuk berhati hati. Kebiasaan buaya tidak akan pergi kemana mana, karena itu rumahnya," ujar Andrick. Ia menyebutkan, di kawasan Pasie Laweh, Nagari Lubuk Alung, juga terdapat buaya. Namun, buaya tersebut merupakan buaya air tawar yang sama sama berbahaya dengan buaya muara.
"Selagi tidak diganggu, dia akan bisa hidup berdampingan dengan manusia. Contohnya masyarakat yang melaksanakan pengambilan pasir di aliran sungai tidak ada diganggunya," kata Andrick. Ia menyebutkan, jika satwa liar tersebut mengincar manusia tentunya sudah pasti bakal ada jatuhnya korban.